PENGERTIAN DAN SEJARAH SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
KELOMPOK 2
Nama
Anggota :Ratu Anggun Pertiwi (25211908)
Tuti
Nurjanah (27211201)
Fenty Verera (22211812)
Enas Krispa
Lora (27211805)
Tricia Dewi
Mayang Sari (27211184)
Siti Imas Masruroh (26211807)
Imelda
Setiawati Putri (23211549)
Ayu Nitasari (21211329)
Irma Afrilia Handayani (28211331)
Irma Afrilia Handayani (28211331)
Kelas : 4EB22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Sejarah perekonomian Indonesia merupakan suatu
catatan penting untuk melihat bagaimana perkembangan perekonomian Indonesia
mengalami berbagai dinamika seiring perputaran waktu.Hal itu relevan
diungkapkan sebagai bagian untuk mengetahui realita perekonomia Indonesia.
Sejarah ekonomi mengkaji dua masalah utama, yaitu
perubahan ekonomi secara angka dan kondisi masyarakat selama perubahan itu
berlangsung. Indonesia merupakan sebuah kenyataan bangsa yang mendiami
geografis yang subur, namun pernah diperas oleh bangsa lain. Sebagai sebuah
sejarah, kondisi ini lebih sering dikaitkan terhadap aspek politik Jawa dalam
hubungannya dengan dunia internasional pada saat itu.Potret ekonomi sepanjang
sejarah itu pun dirasakan sebagai bentuk eksploitasi penjajahan semata.
Padahal, potret ekonomi Indonesia secara menyeluruh
penting pula diungkap.Hal ini tidak perlu mengeherankan karena cerita tentang
politik terus diproduksi menjadi epic dalam politik kotemporer di
Indonesia.Sementara, berbagai data mengenai ekonomi hanya tersusun rapi sebagai
arsip di Belanda, sebagai mantan penjajahannya.
BAB II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN DAN SEJARAH SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
2.1
Pengertian
Sistem
Sistem adalah suatu organisasi besar
yang menjalin berbagai subyek dan obyek serta perangkat kelembagaan dalam suatu
tatanan tertentu.
2.2 Pengertian Sistem Ekonomi menurut
para ahli
Dumairy (1996), sistem ekonomi
adalah sistem yang mengatur serta menjalin hubungan ekonomi antar manusia
dengan seperangkat kelembagaan dalam suatu tatanan kehidupan.
Sanusi (2000) sistem ekonomi
merupakan suatu organisasi yang terdiri dari sejumlah lembaga (ekonomi, sosial
dan ide) yang saling mempengaruhi yang ditujukan ke arah pemecahan masalah
pokok setiap perekonomian produksi, distribusi, konsumsi.
Perbedaan sistem ekonomi suatu
negara dapat ditinjau dari beberapa sudut:
• Sistem kepemilikan sumber daya
atau faktor-faktor produksi
• Keleluasaan masyarakat untuk berkompetisi dan menerima imbalan atas prestasi kerja
• Kadar peranan pemerintah dalam mengatur, mengarahkan dan merencanakan kehidupan bisnis dan perekonomian pada umumnya
• Keleluasaan masyarakat untuk berkompetisi dan menerima imbalan atas prestasi kerja
• Kadar peranan pemerintah dalam mengatur, mengarahkan dan merencanakan kehidupan bisnis dan perekonomian pada umumnya
2.3
Sistem
Ekonomi Kapitalis, Sosialis, dan Campuran
Sistem Ekonomi yang esktrim:
(a) Sistem ekonomi kapitalis
• Pengakuan terhadap kepemilikan
individu terhadap sumber ekonomi
• Kompetisi antar individu dalam memenihi kebutuhan hidup dan persaingan antar badan usaha untuk mengejar keuntungan
• Tidak batasan bagi individu dalam menerima imbalan atas prestasi kerjanya
• Campur tangan pemerintah sangat minim
• Mekanisme pasar akan menyelesaikan persoalan ekonomi
• USA
• Kompetisi antar individu dalam memenihi kebutuhan hidup dan persaingan antar badan usaha untuk mengejar keuntungan
• Tidak batasan bagi individu dalam menerima imbalan atas prestasi kerjanya
• Campur tangan pemerintah sangat minim
• Mekanisme pasar akan menyelesaikan persoalan ekonomi
• USA
(b) Sistem ekonomi sosialis
• Kepemilikan oleh negara terhadap
sumber ekonomi
• Penekanan terhadap kebersamaan dalam menjalankan dan memajukan perekonomian
• Imbalan yang diterima oleh individu berdasarkan kebutuhan, bukan prestasi kerja
• Campur tangan pemerintah sangat tinggi
• Persoalan ekonomi harus dikendalikan oleh pemerintah pusat
• USSR
• Penekanan terhadap kebersamaan dalam menjalankan dan memajukan perekonomian
• Imbalan yang diterima oleh individu berdasarkan kebutuhan, bukan prestasi kerja
• Campur tangan pemerintah sangat tinggi
• Persoalan ekonomi harus dikendalikan oleh pemerintah pusat
• USSR
(c) Sistem ekonomi campuran
• Kepemilikan oleh individu terhadap
sumber ekonomi diakui negara
• Kompetisi antar individu dalam memenihi kebutuhan hidup dan persaingan antar badan usaha untuk mengejar keuntungan
• Imbalan yang diterima oleh individu berdasarkan kebutuhan, bukan prestasi kerja
• Campur tangan pemerintah hanya untuk bidang tertentu seperti bidang yang diperlukan oleh seluruh masyarakat (listrik dan air)
• Mekanisme pasar akan menyelesaikan persoalan ekonomi dengan beberapa hal perlu adanya campur tangan pemerintah
• Kompetisi antar individu dalam memenihi kebutuhan hidup dan persaingan antar badan usaha untuk mengejar keuntungan
• Imbalan yang diterima oleh individu berdasarkan kebutuhan, bukan prestasi kerja
• Campur tangan pemerintah hanya untuk bidang tertentu seperti bidang yang diperlukan oleh seluruh masyarakat (listrik dan air)
• Mekanisme pasar akan menyelesaikan persoalan ekonomi dengan beberapa hal perlu adanya campur tangan pemerintah
Indonesia terletak di posisi
geografis antara benua Asia dan Eropa serta samudera Pasifik dan Hindia, sebuah
posisi yang strategis dalam jalur pelayaran niaga antar benua.Salah satu jalan
sutra, yaitu jalur sutra laut, ialah dari Tiongkok dan Indonesia, melalui selat
Malaka ke India.Dari sini ada yang ke teluk Persia, melalui Suriah ke laut
Tengah, ada yang ke laut Merah melalui Mesir dan sampai juga ke laut Tengah
(Van Leur).Perdagangan laut antara India, Tiongkok, dan Indonesia dimulai pada
abad pertama sesudah masehi, demikian juga hubungan Indonesia dengan
daerah-daerah di Barat (kekaisaran Romawi).
Penggunaan uang yang berupa koin
emas dan koin perak sudah dikenal di masa itu, namun pemakaian uang baru mulai
dikenal di masa kerajaan-kerajaan Islam, misalnya picis yang terbuat dari timah
di Cirebon. Namun penggunaan uang masih terbatas, karena perdagangan barter
banyak berlangsung dalam sistem perdagangan Internasional. Karenanya, tidak
terjadi surplus atau defisit yang harus diimbangi dengan ekspor atau impor
logam mulia.
Setelah masa kerajaan-kerajaan Islam, pembabakan perjalanan perekonomian Indonesia dapat dibagi dalam empat masa, yaitu masa sebelum kemerdekaan, orde lama, orde baru, dan masa reformasi.
Setelah masa kerajaan-kerajaan Islam, pembabakan perjalanan perekonomian Indonesia dapat dibagi dalam empat masa, yaitu masa sebelum kemerdekaan, orde lama, orde baru, dan masa reformasi.
I. SEBELUM KEMERDEKAAN
Sebelum merdeka, Indonesia mengalami
masa penjajahan yang terbagi dalam beberapa periode. Ada empat negara yang
pernah menduduki Indonesia, yaitu Portugis, Belanda,Inggris, dan Jepang.
Portugis tidak meninggalkan jejak yang mendalam di Indonesia karena keburu
diusir oleh Belanda, tapi Belanda yang kemudian berkuasa selama sekitar 350
tahun, sudah menerapkan berbagai sistem yang masih tersisa hingga kini.
VOC (Vereenigde Oost-Indische
Compagnie) adalah sebuah perusahaan yang didirikan dengan tujuan untuk
menghindari persaingan antar sesama pedagang Belanda, sekaligus untuk menyaingi
perusahaan imperialis lain seperti EIC (Inggris). VOC diberi hak Octroi, yang
antara lain meliputi :
a. Hak mencetak uang
b. Hak mengangkat dan memberhentikan pegawai
c. Hak menyatakan perang dan damai
d. Hak untuk membuat angkatan bersenjata sendiri
e. Hak untuk membuat perjanjian dengan raja-raja.
b. Hak mengangkat dan memberhentikan pegawai
c. Hak menyatakan perang dan damai
d. Hak untuk membuat angkatan bersenjata sendiri
e. Hak untuk membuat perjanjian dengan raja-raja.
Hak-hak itu seakan melegalkan
keberadaan VOC sebagai “penguasa” Hindia Belanda.Namun walau demikian, tidak berarti
bahwa seluruh ekonomi Nusantara telah dikuasai VOC.
Faktanya, sejak tahun 1620, VOC
hanya menguasai komoditi-komoditi ekspor sesuai permintaan pasar di Eropa,
yaitu rempah-rempah.Kota-kota dagang dan jalur-jalur pelayaran yang dikuasainya
adalah untuk menjamin monopoli atas komoditi itu.VOC juga belum membangun
sistem pasokan kebutuhan-kebutuhan hidup penduduk pribumi. Peraturan-peraturan
yang ditetapkan VOC seperti verplichte leverentie (kewajiban meyerahkan hasil
bumi pada VOC ) dan contingenten (pajak hasil bumi) dirancang untuk mendukung
monopoli itu. Selain itu, VOC juga menjaga agar harga rempah-rempah tetap
tinggi, dengan cara diadakannya pembatasan jumlah tanaman rempah-rempah yang
boleh ditanam penduduk, pelayaran Hongi dan hak extirpatie (pemusnahan tanaman
yang jumlahnya melebihi peraturan). Semua aturan itu pada umumnya hanya
diterapkan di Maluku yang memang sudah diisolasi oleh VOC dari pola pelayaran
niaga samudera Hindia.
Pada tahun 1795, VOC bubar karena
dianggap gagal dalam mengeksplorasi kekayaan Hindia Belanda. Kegagalan itu
nampak pada defisitnya kas VOC, yang antara lain disebabkan oleh :
1. Peperangan yang terus-menerus
dilakukan oleh VOC dan memakan biaya besar, terutama perang Diponegoro
2. Penggunaan tentara sewaan membutuhkan biaya besar
3.Korupsi yang dilakukan pegawai VOC sendiri dan (d) Pembagian dividen kepada para pemegang saham, walaupun kas deficit.
2. Penggunaan tentara sewaan membutuhkan biaya besar
3.Korupsi yang dilakukan pegawai VOC sendiri dan (d) Pembagian dividen kepada para pemegang saham, walaupun kas deficit.
Maka, VOC digantikan oleh republik
Bataaf (Bataafsche Republiek).Republik Bataaf dihadapkan pada suatu sistem
keuangan yang kacau balau. Selain karena peperangan sedang berkecamuk di Eropa
(Continental stelstel oleh Napoleon), kebobrokan bidang moneter sudah mencapai
puncaknya sebagai akibat ketergantungan akan impor perak dari Belanda di masa
VOC yang kini terhambat oleh blokade Inggris di Eropa. Sebelum republik Bataaf
mulai berbenah, Inggris mengambil alih pemerintahan di Hindia Belanda.
Cultuurstelstel
Cultuurstelstel (sistem tanam paksa)
mulai diberlakukan pada tahun 1836 yang diprakarsai oleh Van Den Bosch.Dengan
tujuan untuk memproduksi berbagai komoditi yang ada permintaannya di pasaran
dunia.Sejak saat itu, diperintahkan pembudidayaan produk-produk selain kopi dan
rempah-rempah, yaitu gula, nila, tembakau, teh, kina, karet, kelapa sawit,
dll.Sistem ini jelas menekan penduduk pribumi, tapi amat menguntungkan bagi
Belanda, apalagi dipadukan dengan sistem konsinyasi (monopoli ekspor).Setelah
penerapan kedua sistem ini, seluruh kerugian akibat perang dengan Napoleon di
Belanda langsung tergantikan berkali lipat.
Jelasnya, dengan menerapkan
cultuurstelstel, pemerintah Belanda membuktikan teori sewa tanah dari mazhab
klasik, yaitu bahwa sewa tanah timbul dari keterbatasan kesuburan tanah.Namun
disini, pemerintah Belanda hanya menerima sewanya saja, tanpa perlu
mengeluarkan biaya untuk menggarap tanah yang kian lama kian besar.Biaya yang
kian besar itu meningkatkan penderitaan rakyat, sesuai teori nilai lebih (Karl
Marx), bahwa nilai leih ini meningkatkan kesejahteraan Belanda sebagai
kapitalis.
Sistem Ekonomi Pintu Terbuka (Liberal)
Adanya desakan dari kaum Humanis
Belanda yang menginginkan perubahan nasib warga pribumi ke arah yang lebih
baik, mendorong pemerintah Hindia Belanda untuk mengubah kebijakan ekonominya.
Dibuatlah peraturan-peraturan agraria yang baru, yang antara lain mengatur
tentang penyewaan tanah pada pihak swasta untuk jangka 75 tahun, dan aturan
tentang tanah yang boleh disewakan dan yang tidak boleh. Hal ini nampaknya juga
masih tak lepas dari teori-teori mazhab klasik, antara lain terlihat pada :
a. Keberadaan pemerintah Hindia
Belanda sebagai tuan tanah, pihak swasta yang mengelola perkebunan swasta
sebagai golongan kapitalis, dan masyarakat pribumi sebagai buruh penggarap
tanah.
b. Prinsip keuntungan absolut : Bila di suatu tempat harga barang berada diatas ongkos tenaga kerja yang dibutuhkan, maka pengusaha memperoleh laba yang besar dan mendorong mengalirnya faktor produksi ke tempat tersebut.
c.Laissez faire laissez passer, perekonomian diserahkan pada pihak swasta, walau jelas, pemerintah Belanda masih memegang peran yang besar sebagai penjajah yang sesungguhnya.
b. Prinsip keuntungan absolut : Bila di suatu tempat harga barang berada diatas ongkos tenaga kerja yang dibutuhkan, maka pengusaha memperoleh laba yang besar dan mendorong mengalirnya faktor produksi ke tempat tersebut.
c.Laissez faire laissez passer, perekonomian diserahkan pada pihak swasta, walau jelas, pemerintah Belanda masih memegang peran yang besar sebagai penjajah yang sesungguhnya.
Pada akhirnya, sistem ini bukannya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pribumi, tapi malah menambah penderitaan,
terutama bagi para kuli kontrak yang pada umumnya tidak diperlakukan layak.
Pendudukan Jepang (1942-1945)
Pemerintah militer Jepang menerapkan
suatu kebijakan pengerahan sumber daya ekonomi mendukung gerak maju pasukan
Jepang dalam perang Pasifik.Akibatnya, terjadi perombakan besar-besaran dalam
struktur ekonomi masyarakat.Kesejahteraan rakyat merosot tajam dan terjadi
bencana kekurangan pangan, karena produksi bahan makanan untuk memasok pasukan
militer dan produksi minyak jarak untuk pelumas pesawat tempur menempati
prioritas utama.Impor dan ekspor macet, sehingga terjadi kelangkaan tekstil
yang sebelumnya didapat dengan jalan impor.
Seperti ini lah sistem sosialis ala
bala tentara Dai Nippon. Segala hal diatur oleh pusat guna mencapai
kesejahteraan bersama yang diharapkan akan tercapai seusai memenangkan perang
Pasifik.
II. ORDE LAMA
Masa Pasca Kemerdekaan (1945-1950)
Masa Pasca Kemerdekaan (1945-1950)
Keadaan ekonomi keuangan pada masa
awal kemerdekaan amat buruk, yang disebabkan oleh :
1. Inflasi yang sangat tinggi,
disebabkan karena beredarnya lebih dari satu mata uang secara tidak terkendali.
Pada waktu itu, untuk sementara waktu pemerintah RI menyatakan tiga mata uang
yang berlaku di wilayah RI, yaitu mata uang De Javasche Bank, mata uang
pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang pendudukan Jepang. Kemudian pada
tanggal 6 Maret 1946, Panglima AFNEI (Allied Forces for Netherlands East
Indies/pasukan sekutu) mengumumkan berlakunya uang NICA di daerah-daerah yang
dikuasai sekutu. Pada bulan Oktober 1946, pemerintah RI juga mengeluarkan uang
kertas baru, yaitu ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai pengganti uang
Jepang.Berdasarkan teori moneter, banyaknya jumlah uang yang beredar
mempengaruhi kenaikan tingkat harga.
2. Adanya blokade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945 untuk menutup pintu perdagangan luar negri RI.
3. Kas negara kosong.
4. Eksploitasi besar-besaran di masa penjajahan.
2. Adanya blokade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945 untuk menutup pintu perdagangan luar negri RI.
3. Kas negara kosong.
4. Eksploitasi besar-besaran di masa penjajahan.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk
mengatasi kesulitan-kesulitan ekonomi, antara lain :
1. Program Pinjaman Nasional
dilaksanakan oleh menteri keuangan Ir. Surachman dengan persetujuan BP-KNIP,
dilakukan pada bulan Juli 1946.
2. Upaya menembus blokade dengan diplomasi beras ke India, mangadakan kontak dengan perusahaan swasta Amerika, dan menembus blokade Belanda di Sumatera dengan tujuan ke Singapura dan Malaysia.
3. Konferensi Ekonomi Februari 1946 dengan tujuan untuk memperoleh kesepakatan yang bulat dalam menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang mendesak, yaitu : masalah produksi dan distribusi makanan, masalah sandang, serta status dan administrasi perkebunan-perkebunan.
4. Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19 Januari 1947
5. Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948 >>mengalihkan tenaga bekas angkatan perang ke bidang-bidang produktif.
6. Kasimo Plan yang intinya mengenai usaha swasembada pangan dengan beberapa petunjuk pelaksanaan yang praktis. Dengan swasembada pangan, diharapkan perekonomian akan membaik (Mazhab Fisiokrat : sektor pertanian merupakan sumber kekayaan).
2. Upaya menembus blokade dengan diplomasi beras ke India, mangadakan kontak dengan perusahaan swasta Amerika, dan menembus blokade Belanda di Sumatera dengan tujuan ke Singapura dan Malaysia.
3. Konferensi Ekonomi Februari 1946 dengan tujuan untuk memperoleh kesepakatan yang bulat dalam menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang mendesak, yaitu : masalah produksi dan distribusi makanan, masalah sandang, serta status dan administrasi perkebunan-perkebunan.
4. Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19 Januari 1947
5. Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948 >>mengalihkan tenaga bekas angkatan perang ke bidang-bidang produktif.
6. Kasimo Plan yang intinya mengenai usaha swasembada pangan dengan beberapa petunjuk pelaksanaan yang praktis. Dengan swasembada pangan, diharapkan perekonomian akan membaik (Mazhab Fisiokrat : sektor pertanian merupakan sumber kekayaan).
Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)
Masa ini disebut masa liberal,
karena dalam politik maupun sistem ekonominya menggunakan prinsip-prinsip
liberal.Perekonomian diserahkan pada pasar sesuai teori-teori mazhab klasik
yang menyatakan laissez faire laissez passer.Padahal pengusaha pribumi masih
lemah dan belum bisa bersaing dengan pengusaha nonpribumi, terutama pengusaha
Cina.Pada akhirnya sistem ini hanya memperburuk kondisi perekonomian Indonesia
yang baru merdeka.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk
mengatasi masalah ekonomi, antara lain :
A ) Gunting Syarifuddin, yaitu
pemotongan nilai uang (sanering) 20 Maret 1950, untuk mengurangi jumlah uang
yang beredar agar tingkat harga turun.
B ) Program Benteng (Kabinet Natsir), yaitu upaya menumbuhkan wiraswastawan pribumi dan mendorong importir nasional agar bisa bersaing dengan perusahaan impor asing
C )Nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada 15 Desember 1951 lewat UU no.24 th 1951 dengan fungsi sebagai bank sentral dan bank sirkulasi.
D ) Sistem ekonomi Ali-Baba (kabinet Ali Sastroamijoyo I) yang diprakarsai Mr Iskak Cokrohadisuryo, yaitu penggalangan kerjasama antara pengusaha cina dan pengusaha pribumi.
E ) Pembatalan sepihak atas hasil-hasil KMB, termasuk pembubaran Uni Indonesia-Belanda. Akibatnya banyak pengusaha
B ) Program Benteng (Kabinet Natsir), yaitu upaya menumbuhkan wiraswastawan pribumi dan mendorong importir nasional agar bisa bersaing dengan perusahaan impor asing
C )Nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada 15 Desember 1951 lewat UU no.24 th 1951 dengan fungsi sebagai bank sentral dan bank sirkulasi.
D ) Sistem ekonomi Ali-Baba (kabinet Ali Sastroamijoyo I) yang diprakarsai Mr Iskak Cokrohadisuryo, yaitu penggalangan kerjasama antara pengusaha cina dan pengusaha pribumi.
E ) Pembatalan sepihak atas hasil-hasil KMB, termasuk pembubaran Uni Indonesia-Belanda. Akibatnya banyak pengusaha
Belanda yang menjual perusahaannya
sedangkan pengusaha-pengusaha pribumi belum bisa mengambil alih
perusahaan-perusahaan tersebut.
Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1967)
Sebagai akibat dari dekrit presiden
5 Juli 1959, maka Indonesia menjalankan sistem demokrasi terpimpin dan struktur
ekonomi Indonesia menjurus pada sistem etatisme (segala-galanya diatur oleh
pemerintah). Dengan sistem ini, diharapkan akan membawa pada kemakmuran bersama
dan persamaan dalam sosial, politik,dan ekonomi (Mazhab Sosialisme). Akan
tetapi, kebijakan-kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah di masa ini belum
mampu memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia, antara lain :
A ) Devaluasi yang diumumkan pada 25
Agustus 1959 menurunkan nilai uang sebagai berikut :Uang kertas pecahan Rp 500
menjadi Rp 50, uang kertas pecahan Rp 1000 menjadi Rp 100, dan semua simpanan
di bank yang melebihi 25.000 dibekukan.
B ) Pembentukan Deklarasi Ekonomi (Dekon) untuk mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia dengan cara terpimpin. Dalam pelaksanaannya justru mengakibatkan stagnasi bagi perekonomian Indonesia.Bahkan pada 1961-1962 harga barang-baranga naik 400%.
C ) Devaluasi yang dilakukan pada 13 Desember 1965 menjadikan uang senilai Rp 1000 menjadi Rp 1. Sehingga uang rupiah baru mestinya dihargai 1000 kali lipat uang rupiah lama, tapi di masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai 10 kali lipat lebih tinggi.Maka tindakan pemerintah untuk menekan angka inflasi ini malah meningkatkan angka inflasi.
B ) Pembentukan Deklarasi Ekonomi (Dekon) untuk mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia dengan cara terpimpin. Dalam pelaksanaannya justru mengakibatkan stagnasi bagi perekonomian Indonesia.Bahkan pada 1961-1962 harga barang-baranga naik 400%.
C ) Devaluasi yang dilakukan pada 13 Desember 1965 menjadikan uang senilai Rp 1000 menjadi Rp 1. Sehingga uang rupiah baru mestinya dihargai 1000 kali lipat uang rupiah lama, tapi di masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai 10 kali lipat lebih tinggi.Maka tindakan pemerintah untuk menekan angka inflasi ini malah meningkatkan angka inflasi.
III. ORDE BARU
Pada awal orde baru, stabilisasi
ekonomi dan stabilisasi politik menjadi prioritas utama.Program pemerintah
berorientasi pada usaha pengendalian inflasi, penyelamatan keuangan negara dan
pengamanan kebutuhan pokok rakyat.Pengendalian inflasi mutlak dibutuhkan,
karena pada awal 1966 tingkat inflasi kurang lebih 650 % per tahun.
Setelah melihat pengalaman masa
lalu, dimana dalam sistem ekonomi liberal ternyata pengusaha pribumi kalah
bersaing dengan pengusaha nonpribumi dan sistem etatisme tidak memperbaiki
keadaan, maka dipilihlah sistem ekonomi campuran dalam kerangka sistem ekonomi
demokrasi pancasila.
Kebijakan ekonominya diarahkan pada
pembangunan di segala bidang, tercermin dalam 8 jalur pemerataan : kebutuhan
pokok, pendidikan dan kesehatan, pembagian pendapatan, kesempatan kerja,
kesempatan berusaha, partisipasi wanita dan generasi muda, penyebaran
pembangunan, dan peradilan.
Hasilnya, pada tahun 1984 Indonesia
berhasil swasembada beras, penurunan angka kemiskinan, perbaikan indikator
kesejahteraan rakyat seperti angka partisipasi pendidikan dan penurunan angka
kematian bayi, dan industrialisasi yang meningkat pesat. Pemerintah juga
berhasil menggalakkan preventive checks untuk menekan jumlah kelahiran lewat KB
dan pengaturan usia minimum orang yang akan menikah.
Namun terdapat dampak negatifnya
yaitu kerusakan serta pencemaran lingkungan hidup dan sumber-sumber daya alam,
perbedaan ekonomi antar daerah, antar golongan pekerjaan dan antar kelompok
dalam masyarakat terasa semakin tajam, serta penumpukan utang luar
negeri.Disamping itu, pembangunan menimbulkan konglomerasi dan bisnis yang
sarat korupsi, kolusi dan nepotisme.Pembangunan hanya mengutamakan pertumbuhan
ekonomi tanpa diimbangi kehidupan politik, ekonomi, dan sosial yang adil.Sehingga
meskipun berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tapi secara fundamental
pembangunan nasional sangat rapuh.Akibatnya, ketika terjadi krisis yang
merupakan imbas dari ekonomi global, Indonesia merasakan dampak yang paling
buruk.Harga-harga meningkat secara drastis, nilai tukar rupiah melemah dengan
cepat, dan menimbulkan berbagai kekacauan di segala bidang, terutama ekonomi.
IV. ORDE REFORMASI
Pemerintahan presiden BJ.Habibie
yang mengawali masa reformasi belum melakukan manuver-manuver yang cukup tajam
dalam bidang ekonomi.Kebijakan-kebijakannya diutamakan untuk mengendalikan
stabilitas politik. Pada masa kepemimpinan presiden Abdurrahman Wahid pun,
belum ada tindakan yang cukup berarti untuk menyelamatkan negara dari
keterpurukan. Padahal, ada berbagai persoalan ekonomi yang diwariskan orde baru
harus dihadapi, antara lain masalah KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme),
pemulihan ekonomi, kinerja BUMN, pengendalian inflasi, dan mempertahankan kurs
rupiah.Malah presiden terlibat skandal Bruneigate yang menjatuhkan
kredibilitasnya di mata masyarakat.Akibatnya, kedudukannya digantikan oleh
presiden Megawati.
a. Masa kepemimpinan Megawati
Soekarnoputri
Masalah-masalah yang mendesak untuk
dipecahkan adalah pemulihan ekonomi dan penegakan hukum. Kebijakan-kebijakan
yang ditempuh untuk mengatasi persoalan-persoalan ekonomi antara lain :
A ) Meminta penundaan pembayaran
utang sebesar US$ 5,8 milyar pada pertemuan Paris Club ke-3 dan mengalokasikan
pembayaran utang luar negeri sebesar Rp 116.3 triliun.
B ) Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi adalah menjual perusahaan negara di dalam periode krisis dengan tujuan melindungi perusahaan negara dari intervensi kekuatan-kekuatan politik dan mengurangi beban negara. Hasil penjualan itu berhasil menaikkan pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,1 %. Namun kebijakan ini memicu banyak kontroversi, karena
BUMN yang diprivatisasi dijual ke perusahaan asing.
B ) Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi adalah menjual perusahaan negara di dalam periode krisis dengan tujuan melindungi perusahaan negara dari intervensi kekuatan-kekuatan politik dan mengurangi beban negara. Hasil penjualan itu berhasil menaikkan pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,1 %. Namun kebijakan ini memicu banyak kontroversi, karena
BUMN yang diprivatisasi dijual ke perusahaan asing.
Di masa ini juga direalisasikan
berdirinya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), tetapi belum ada gebrakan
konkrit dalam pemberantasan korupsi.Padahal keberadaan korupsi membuat banyak
investor berpikir dua kali untuk menanamkan modal di Indonesia, dan mengganggu
jalannya pembangunan nasional.
b. Masa Kepemimpinan Susilo Bambang
Yudhoyono
Kebijakan kontroversial pertama
presiden Yudhoyono adalah mengurangi subsidi BBM, atau dengan kata lain
menaikkan harga BBM. Kebijakan ini dilatar belakangi oleh naiknya harga minyak
dunia.Anggaran subsidi BBM dialihkan ke subsidi sektor pendidikan dan
kesehatan, serta bidang-bidang yang mendukung peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
Kebijakan kontroversial pertama itu menimbulkan kebijakan kontroversial kedua, yakni Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi masyarakat miskin.Kebanyakan BLT tidak sampai ke tangan yang berhak, dan pembagiannya menimbulkan berbagai masalah sosial.
Kebijakan kontroversial pertama itu menimbulkan kebijakan kontroversial kedua, yakni Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi masyarakat miskin.Kebanyakan BLT tidak sampai ke tangan yang berhak, dan pembagiannya menimbulkan berbagai masalah sosial.
Kebijakan yang ditempuh untuk
meningkatkan pendapatan perkapita adalah mengandalkan pembangunan infrastruktur
massal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta mengundang investor asing
dengan janji memperbaiki iklim investasi.Salah satunya adalah diadakannya
Indonesian Infrastructure Summit pada bulan November 2006 lalu, yang
mempertemukan para investor dengan kepala-kepala daerah.
Rentetan Sejarah Inflasi Indonesia, Jejak Penderitaan
Masyarakat Kecil
Photo Source : pengertian-definisi.blogspot.com
|
Oleh
:
Ida Muliyati
Akuntansi 2012
(Tulisan
juga merupakan tugas terstruktur Mata Kuliah Perekonomian Indonesia : artikel
dengan topik Inflasi)
Earnest
Hemingway, seorang novelis dan jurnalis terkenal Amerika Serikat pernah
menulis, “The first panacea of a
mismanaged nation is inflation; the second is war. Both bring a temporary
prosperity; a permanent ruin.” Selain peperangan, inflasi adalah cara lain
untuk menghancurkan suatu negara. Inflasi dalam sejarah perekonomian Indonesia
ibarat kata sudah menjadi warisan turun temurun dari satu pemerintahan ke
pemerintahan berikutnya.Masalah ini dipersulit lagi dengan bertambahnya hutang
luar negeri, kebijakan-kebijakan ekonomi yang kurang tepat dan berbau politik,
serta korupsi di semua lini kerja pemerintah.
Melihat
kepada sejarah, pada tahun 1966 Indonesia mengalami hiperinflasi mencapai
635,5% karena defisit anggaran belanja hingga harus melakukan pemotongan nilai
rupiah dari Rp1000 menjadi Rp 1. Saat itu pada masa ekonomi terpimpin,
pemerintah lebih cenderung mengutamakan kepentingan politik.Banyaknya pendanaan
untuk proyek negara menyebabkan pengeluaran negara membengkak.Padahal tidak
semua pendanaan termasuk pengeluaran produktif misalnya konfrontasi dengan
Malaysia pada tahun 1964. Karena keluar dari keanggotaan PBB dan IMF, hutang
luar negeri Indonesia kepada IMF bertambah dan pemerintah Indonesia beralih
mengambil pinjaman dari Cina dan negara blok timur pada saat itu.
Inflasi
yang terburuk kedua terjadi pada tahun 1998 akibat pengaruh krisis keuangan
Asia dengan tingkat inflasi 77,5%. Saat itu nilai tukar rupiah terjun bebas
dari 2.800 menjadi 16.000 terhadap dolar Amerika.Diperparah dengan gejolak
reformasi yang terjadi menambah ketidakstabilan kondisi negara yang berakhir
dengan turunnya Soeharto dari kursi presiden.
Sampai
saat ini, 1966 dan 1998 merupakan tahun terburuk inflasi di Indonesia.Namun
demikian inflasi dari kisaran ringan sampai sedang tetap terjadi dan masih
memberikan pengaruh yang berarti bagi perekonomian negeri ini, khususnya
masyarakat kecil.
Indonesia
mengalami inflasi sedang pada tahun 2005 dengan tingkat inflasi 17,11%, tahun
2008 dengan tingkat inflasi 11,06%, dan inflasi ringan di tahun 2013 pada angka
8,38%. Ketiga inflasi pada tahun 2000n ini tidak lain disebabkan oleh kenaikan
harga dan pengurangan subsidi BBM karena meningkatnya harga minyak dunia.
Besarnya subsidi BBM yang memberatkan APBN membuat pemerintah mengambil keputusan
dan di tahun 2005, BBM naik 148% dari Rp1.810 menjadi Rp4.500 dengan dua kali
tahap kenaikan. Nilai tukar rupiah terendah saat itu Rp11.235,96 pada tahun
2008. Walaupun tahun 2013 inflasinya tidak mencapai 10% namun justru nilai
tukar rupiah meluncur bebas sampai Rp12.261 per US Dollar.
Pemerintah
mengklaim sudah bisa mengendalikan inflasi.Yang baru-baru ini dengan 4 paket
kebijakan untuk menekan inflasi pada tahun 2013. Tetapi seakan tidak mempunyai
jalan keluar yang tepat, masyarakat harus dihadapkan pada kenyataan bahwa harga
barang akan terus naik sedangkan daya beli mereka tidak mengalami perubahan
signifikan.
Pada
Laporan Salary Trend Survey tahun
2013-2014, pekerja di Indonesia mengalami peningkatan rata-rata gaji pegawai
10% per tahun. Jika tingkat inflasi seperti tahun 2008 terjadi dimana tingkat
inflasi lebih tinggi daripada pendapatan, masyarakat Indonesia tidak akan bisa
memenuhi kebutuhannya lagi. Padahal kemungkinan tersebut sangat mungkin
mengingat sedikit perubahan ekonomi global dapat memberikan dampak buruk bagi
negara yang tidak siap.
Perbedaan
kondisi setiap negara membuat faktor penyebab inflasinya juga
berbeda-beda.Faktor penyebab inflasi di antaranya yaitu sektor impor-ekspor,
tabungan dan investasi, penerimaan dan pengeluaran negara, dan sektor
pemerintah dan swasta.Penjelasan untuk hal ini misalnya inflasi karena sektor
impor-ekspor apabila ekspor suatu negara lebih besar daripada impornya.
Sehingga banyak uang yang beredar dari penerimaan devisa.
Lemahnya
nilai tukar mata uang juga sangat berpengaruh.Terutama ketika terjadi perubahan
kebijakan yang mempengaruhi ekonomi secara global.Bertetangga dengan negara
yang mengalami inflasi juga bisa memberikan imbas.Dan lebih berbahaya lagi jika
terjadi krisis ekonomi yang menyebar.Salah satu contohnya adalah yang terjadi
dengan Indonesia ketika kebijakan The Fed
terkait pemangkasan nilai stimulus (tapering)
sebesar US$ 10 miliar menjadi US$ 65 miliar yang menyebabkan ketidakstabilan
ekonomi tahun 2013. Pada tahun 1998 nilai tukar rupiah yang jatuh menyebabkan
penurunan cadangan devisa negara yang sangat besar. Dan di saat yang bersamaan
era itu Indonesia bergantung pada hutang luar negeri, yang kemudian membengkak
luar biasa karena terjadi inflasi.
Tingkat
inflasi yang tinggi dapat membahayakan perekonomian negara.Dampaknya yang
secara pasti terlihat adalah kenaikan harga-harga secara menyeluruh dan terus
menerus. Dengan harga yang terus naik, mereka yang berpendapatan tetap seperti
PNS akan mengalami kesulitan. Ketika PNS berpendapatan Rp50.000.000 per tahun,
dengan tingkat inflasi tahun 2005 17,11% maka pendapatan tersebut nilainya
berkurang Rp8.555.000 saat tahun 2005. Pendapatan tersebut terlihat tidak
terpengaruh secara nominal namun secara nilai sudah tidak bisa membeli
barang-barang yang sama jumlahnya seperti masa sebelum inflasi.
Selain
harga yang naik dan pendapatan yang tidak akan mencukupi, dampak lain dari
inflasi di antaranya kerugian bagi mereka yang menyimpan uang tunai, kerugian
kreditur dengan bunga pinjaman lebih rendah dari tingkat inflasi, proses
produksi menjadi tidak efisien dan kenaikan produksi dapat menyebabkan harga
lebih dahulu naik daripada kenaikan gaji. Pada tingkat inflasi yang sangat
parah, beberapa produksi tidak dapat berjalan sampai pemberhentian kerja
sepihak dari perusahaan (PHK). Secara otomatis pengangguran bertambah dengan
daya beli masyarakat menurun maka tingkat kemiskinan negara tersebut akan meningkat
yang akan berlanjut pada tingginya kriminalitas. Intinya inflasi yang tidak
terkendali akan memberikan penyebab ketidakstabilan negara dan krisis di segala
bidang yang terkait.
Banyak
cara mengatasi inflasi namun tidak semuanya dapat berhasil. Ada beberapa
kebijakan yang terkait maupun tidak terkait justru memperparah laju inflasi.
Sepeninggal presiden Soeharto, B.J Habibie dengan kebijakan ekonomi yang sangat
ketat mampu menekan inflasi hingga tingkat terendah yang pernah terjadi di
Indonesia yaitu 2,01%.
Berdasarkan
pertimbangan kondisi negara cara-cara yang bisa dilakukan mengatasi inflasi di
antaranya, operasi pasar terbuka, kebijakan tingkat suku bunga diskonto,
kebijakan cadangan wajib, kebijakan kredit selektif, dan lain-lain.Satu hal
yang pasti jika pemerintahan suatu negara tidak bisa mengendalikan laju inflasi
maka jelas yang paling dirugikan adalah masyarakat kecil yang semakin menderita
dengan kenaikan harga yang mencekik mereka.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Perekonomian adalah sistem yang digunakan oleh suatu
negara untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya baik kepada individu
maupun organisasi di negara tersebut. Ekonomi Indonesia saat ini optimis
pertumbuhan ekonomi yang meningkat dengan pertumbuhan dan pendapatan nasional yang
semakin meningkat kita dapat melihat perkembangan dan kemajuan kita pada negara
lain. Dengan pendapatan nasional pertahun Indonesia mampu memberikan kemajuan.
DAFTAR
PUSTAKA
Sumber
data :
Data
BPS Inflasi dari tahun 1994 s/d 2013
Referensi artikel bacaan : kompasiana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar